Tak Terima Ditangkap Densus 88, Istri Terduga Teroris Ancam Polisi: Awas kalau Tak Terbukti
CIANJUR, DELIKRIAU - Detasemen Khusus 88 anti-teror berhasil menangkap pasangan suami istri muda yang terduga terlibat dalam jaringan teroris.
Penangkapan tersebut terjadi di Kampung Cibodas RT 03/01, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
Dikutip DelikRiau.com dari Tribunjabar.id, dan TribunWow.com, Kamis (14/11/2019), DS dan DK ditangkap di tempat dan waktu yang berlainan.
Kedua pasangan yang berhasil ditangkap oleh Densus 88 masih tergolong muda suami DS (24) dan istri DK (25).
Densus 88 pertama menangkap sang suami DS.
DS yang berprofesi sebagai staf operator IT sekolah ditangkap saat perjalanan menuju tempatnya bekerja.
DS ditangkap sekitar pukul 08.00 WIB.
Humas tempat DS bekerja mengiyakan bahwa DS bekerja di tempat tersebut.
Agus mengatakan memang betul DS bekerja sebagai staf tata usaha di bagian IT.
"Pihak Polsek bertanya apakah yang bersangkutan betul karyawan di sini, saya jawab betul staf tata usaha di sini," kata Agus ditemui di sekolah Jalan A Sukarma Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Kamis (14/11/2019).
Agus mengatakan soal tehnis penangkapan DS, dirinya tidak tahu karena DS ditangkap di luar lingkungan sekolah.
"Mengenai teknik penangkapan saya tak tahu, diamankan bukan di sekolah, tapi perjalanan mau ke sekolah," tambahnya.
"Bisa disebut operator administrasi kesiswaan, IT pendataan siswa, dia yang mengolahnya, ada daftar siswa dan daftar guru dia yang memasukannya," kata Agus.
Penangkapan DK di Kontrakan
Selang dua jam DS diamankan oleh Densus 88, istri DS, DK ditangkap di kontrakannya.
Ketua RT Ure Suryadi (42), mengatakan penangkapan dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB.
Ure mengakui dirinya diminta polisi untuk membantu dalam melakukan penggeledahan di lokasi.
"Tadi polisi datang minta ditemani mau menggeledah pukul 10.00 WIB, suaminya lebih pagi ditangkap," ujar Ure ditemui di lokasi penangkapan, Kamis (14/11/2019).
DK melakukan perlawanan saat diamankan oleh polisi.
Ure mengatakan saat dibawa ke luar kontrakan, terduga teroris DK nampak berdebat dengan anggota kepolisian.
"Tadi sampai di luar kontrakan juga sempat berdebat ," jelas Ure.
Ure mengatakan ia sempat mendengar DK mengancam polisi.
"Ia melawan dengan kata kata 'awas kalau tak terbukti, awas kalau tak terbukti', itu kata-kata yang saya ingat," ujar Ure.
Selain kata-kata tersebut, Ure juga mendengar kata-kata lain dari DK.
Ure mendengar DK berkata 'Apa buktinya saya bawa bom,' tutur Ure mengutip perkataan DK.
Hingga kini belum diketahui apakah dua pasutri tersebut terlibat dengan kasus bom bunuh diri di Medan.
Bom Bunuh Diri Medan
Dalam tayangan YouTube Kompas Tv, Rabu (13/11/2019), Polri mengonfirmasi jumlah korban akibat ledakan tersebut.
Menurut penuturan Karopenmas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, korban berjumlah enam orang.
"Kejadian ledakan yang dilakukan oleh seseorang yang dugaan sementara melakukan suicide bomber, mengakibatkan ada enam orang mengalami luka, empat orang anggota Polri, satu adalah pekerja harian lepas, dan satu masyarakat," ujar Dedi.
Selain mengakibatkan korban luka, ledakan tersebut juga mengakibatkan kendaraan yang berada di dekat ledakan juga ikut rusak.
"Ada empat kendaraan yang ikut mengalami kerusakan, ada tiga kendaraan milik dinas dan satu kendaraan milik pribadi,"
Dedi juga mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan investigasi lebih lanjut.
"Tim Densus 88 bersama Inafis dan Labfor melakukan proses olah tempat kejadian perkara (TKP), untuk betul-betul memastikan identitas pelaku," ujar Dedi.
"Dengan teknologi yang dimiliki oleh Tim Inafis, apabila pelaku ini sidik jarinya berhasil diambil dengan baik, dan apabila pelaku ini memiliki e-ktp, maka databasenya akan terkoneksi dengan database di Dukcapil," lanjutnya.
Selanjutnya, serpihan-serpihan dari ledakan bom ini akan dibawa ke laboratorium forensik untuk diuji lebih lanjut.
Hal ini untuk mengetahui jenis bom yang digunakan terduga pelaku.
Hingga saat ini, Polri masih menyelidiki jaringan teroris yang terafialisasi dengan pelaku.
Dedi juga melaporkan kondisi terakhir Polrestabes Medan pasca ledakan.
"Untuk situasi dan kondisi di Mapolrestabes Medan sudah dapat dikendalikan oleh aparat keamanan, dan sudah kondusif, kemudian dilakukan penjagaaan pengamanan oleh temen-temen dari Brimob," pungkasnya.
Setelah terjadi insiden ledakan bom di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) pagi, area di sekitar Polrestabes Medan disterilkan oleh pihak kepolisian.
Dilansir dari tayangan Breaking News Kompas Tv, Rabu (13/11/2019), terlihat sejumlah personel kepolisian berjaga di sekitar Polrestabes Medan.
Jurnalis Kompas Tv Ferry Irawan melaporkan pasca insiden ini, penjagaan ketat tak hanya diberlakukan di Polrestabes Medan saja, tetapi juga seluruh kantor polisi di wilayah Sumatera Utara.
Untuk penjagaan di Polrestabes Medan sendiri, dilakukan buka tutup portal oleh petugas jaga.
Hanya pihak-pihak tertentu saja yang diizinkan memasuki area Polrestabes Medan.
Penjagaan pun tak hanya dilakukan di dalam area Polres, tetapi hingga keluar area polres.
Hal ini dikarenakan adanya masyarakat yang mendekati lokasi kejadian.
Masyarakat juga tidak boleh mendekat ke lokasi kejadian.
Tak hanya itu, arus lalu lintas dari dan menuju Polrestabes Medan dialihkan.
Hal ini dilakukan guna memudahkan aparat kepolisian untuk melakukan mobilisasi ke Polrestabes Medan.
Selain itu, Tim Gegana Brimob Sumatera Utara juga melakukan penyisiran di lokasi kejadian. (fer)
sumber : Tribunjabar.id
TribunWow.com